Ibuku semakin Tua…

26 11 2007

emak-ku.jpg

emak-ku.jpgMalam itu udara terasa sangat dingin menusuk tulang. Dinding rumah kami yang terbuat dari bambu membuat angin dengan leluasa berhembus menerobos melewati celah-celah dinding rumah, membuat udara semakin dingin. Cahaya senthir yang remang-remang semakin membuatku menikmati selimut dan memanjakan rasa kantuk.

Ditengah rasa kantukku, tiba-tiba terdengar suara aneh seperti orang yang sedang nutu beras (menumbuk beras) yang datang dari arah pawon (dapur). Karena rasa penasaran, ditengah rasa kantuk dan sedikit rasa takut aku mencoba mengintip ke tempat sumber suara. Aku melihat sesosok wanita separuh baya yang ternyata adalah Emak-ku (ibuku) sedang menumbuk beras. Ibuku sedang mempersiapkan pembuatan bubur beras (kami biasa menyebutnya Jenang), yang akan dijual ke pasar pagi harinya. Untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga kami (makan, biaya sekolah, dll), Ibuku memang berjualan Jenang, bakmi dan bakwan (gorengan) ke pasar setiap hari pasar Pon dan Kliwon. Aku mencoba melihat jam tua yang ada di dinding rumah, ternyata waktu baru menunjukkan pukul 02.00 pagi. Aku tidak mengira kalau Ibuku harus bangun pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan itu semua, padahal sore hari sebelumnya beliau juga sibuk membantu bapak-ku di sawah.

Peristiwa itu terjadi kira-kira 20 tahun yang lalu ketika saat itu aku kelas 1 atau 2 SD. Perjuangan seorang Ibu-ku begitu luar biasa. Semangat, pengorbanan, ketulusan cinta kasih yang diberikan, kelembutan kasih sayang yang dicurahkan kepada anak-anaknya termasuk diriku betul-betul tidak akan pernah terbalaskan. Semuanya dilakukan tanpa pamrih, hanya sebuah harapan semoga anak-anaknya dapat hidup bahagia.

Ibu-ku,… saat pulang lebaran kemarin, kupandangi wajahnya yang semakin tua. senyumnya yang tulus dan semangatnya yang masih membara tidak bisa menutupi guratan-guratan kelelahan yang tampak sekali diwajahnya. Begitu nikmat diri ini bisa bersimpuh di bawah tapak kakinya. Siraman doa sucinya dan hangat kasih sayangnya begitu hangat meresap dalam jiwa. Maafkan anakmu Mak… kalau sampai saat ini belum bisa membahagiakan dirimu.

Ada satu cerita menarik yang semakin mengingatkan aku akan begitu mulianya seorang Ibu, mudah-mudahan semakin mengingatkan kita akan jasa-jasa yang diberikan Ibu kepada kita.

Ketika itu, Tuhan telah bekerja enam hari lamanya. Kini giliran diciptakan para ibu. Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut:

“Tuhan, banyak nian waktu yg Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini?”
dan Tuhan menjawab pelan:
“Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan?
01. Ibu ini harus waterproof (tahan air / cuci) tapi bukan dari plastik.
02. Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat capai.
03. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya.
04. Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan anak-anaknya.
05. Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukan hati anaknya
06. Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah, dan enam pasang tangan!! — Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya “Enam pasang tangan….? tsk tsk tsk” — “Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan Saya, melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur Segalanya menjadi lebih baik….” balas Tuhan
07. Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang ibu “Bagaimana modelnya?” Malaikat semakin heran. Tuhan mengangguk-angguk. ” sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya: “Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?”, padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya. “Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya,sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat dan pasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa bicara! Mata itu harus berkata: “Saya mengerti dan saya sayang padamu”. Meskipun tidak diucapkan sepatah kata pun.”Tuhan”, kata malaikat itu lagi, “Istirahatlah” “Saya tidak dapat, Saya sudah hampir selesai”
08. Ia harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit.
09. Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging
10. Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi…. Akhirnya Malaikat membalik balikkan contoh Ibu dengan perlahan . “Terlalu lunak”, katanya memberi komentar. “Tapi kuat” Kata Tuhan Bersemangat. Kata Tuhan bersemangat. “Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang bisa ia tanggung,pikul dan derita.” “Apakah ia dapat berpikir?” tanya malaikat. lagi. “Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, idea dan berkompromi”, kata Sang Pencipta. Akhirnya Malaikat menyentuh sesuatu di pipi, “Eh, ada kebocoran di sini” “Itu bukan kebocoran”, kata Tuhan. “Itu adalah air mata…. air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan,air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata…., air mata….” “Tuhan memang ahlinya….”, Akhirnya Malaikat berkata pelan pada pembaca

” JIKA KAMU MENCINTAI IBU MU, DOAKAN DIA DISETIAP WAKTU, JAGALAH AMANAH YANG DIBERIKAN PADAMU DAN JANGAN SEKALIPUN MENYAKITINYA”


Aksi

Information

Satu tanggapan

24 11 2008
de2x

TOP BGT
Syukron, jazakumulloh khoiron katsiro atas semua perjuangan kalian yang telah membesarkan Kami, Abi………Umi……….!!
WAlaupun g tahu dech q dah lahir blum saat itu.He………
Abiz critanya masa kecil sich………?

Tinggalkan komentar