Catatan kecil di Bulan Ramadhan…

24 09 2008

Seperti biasa sekitar pukul setengah lima sore, aku berbaur dengan orang-orang yang berlomba-lomba mengejar bis kota demi berpacu dengan waktu agar bisa berbuka dirumah bersama dengan keluarga. Bis kota yang penuh sesak, dengan berbagai macam aroma yang kurang mengenakkan tidak menyurutkan semangatku untuk menaikinya, walaupun harus berdiri dengan satu kaki, karena begitu sesaknya bis kota dengan kuli-kuli ibukota yang ingin segera sampai ke rumah masing-masing.

Alhamdulillah setelah beberapa meter bis berjalan aku mendapatkan tempat duduk, menggantikan orang lain yang turun. Disela-sela aku menikmati kepenatan badan, setelah seharian berkutat dengan pekerjaan ada beberapa anak kecil dibawah lima tahun tanpa orang tua yang ikut naik bis, tentunya bukan untuk bepergian melainkan untuk berlomba-lomba mengais rizqi dengan “mengamen” dan “meminta-minta”. Pemandangan yang sebenarnya sudah biasa di ibukota. Tetapi Ramadhan ini, ternyata jumlah anak-anak kecil yang seperti itu lebih banyak, bahkan lebih lengkap variasinya. Bukan hanya anak kecil saja, tetapi ada ibu2 dengan bayinya, orang yang cacat, bahkan orang-orang yang secara fisik masih sehatpun ikut mengadu nasib dengan cara seperti itu.

Sebenarnya kalau kita mau berprasangka baik tidak menjadi masalah, karena justru peluang untuk beramal menjadi lebih luas, apalagi untuk mereka yang memang betul-betul tidak mampu secara fisik untuk usaha yang lain. Tetapi ketika melihat mereka yang secara fisik sehat, masih mudah, masih kuat melakukan hal yang sama (minta2 red) kok kayaknya nggak rela aja. kenapa momentum Ramadhan yang begitu agung dimanfaatkan untuk mengais rizki dengan cara mengharapkan belas kasihan orang lain. Bukankah Ramadhan seharusnya menjadi bulan yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas, sebagaimana Rasulullah dan para sahabat juga memberikan teladan akan hal itu.

Yach… mudah-mudahan Ramadhan kali ini bukan hanya memberikan keshalihan pribadi/ individu pada orang-orang yang beriman, tetapi juga memberikan keshalihan sosial. Semakin mengasah rasa simpati dan empati kita kepada saudara kita yang lain. Tetapi satu hal yang penting, kita harus lebih cerdas dalam menyalurkan zakat, infak dan shodaqoh kita. Paling tidak semua itu digunakan untuk memberikan “kail” bagi mereka-mereka yang kurang mampu, sehingga sifat mandiri akan membuat mereka menjadi lebih baik. Bukan hanya “umpan” yang akan membuat rasa ketergantungan mereka semakin tinggi, dan yang pasti tidak kunjung membuat mereka terlepas dari belenggu kemiskinan dan kekurangan.


Aksi

Information

Tinggalkan komentar