Tentang Diriku

Assalamu’alaikum….

Segala puji hanya bagi Allah Rabb yang maha perkasa, yang menjadi muara CINTA hamba-hambanya yang bertaqwa. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada sebaik-baik manusia Rasulullah Muhammad SAW.

Nama lengkapku adalah Suratno Adi Saputro, kalau ditanya apa arti dan maksud dari nama itu aku hanya bisa angkat bahu, karena orangtuaku sendiri juga nggak tahu. Nama yang menunjukkan bahwa diriku adalah produk asli JAWA (wong nJowo tulen). Kalau temen-temen di SD-ku dulu termasuk guru-guruku suka memanggil aku dengan sebutan NANG, atau sebutan  singkat dari kata JENANG, kebetulan ibuku dulu jualan Jenang (Bubur yang terbuat dari tepung beras diberi larutan gula merah). Pertamanya aku malu dengan sebutan itu, tapi lama-lama justru aku menikmati sebutan itu karena jenang buatan emak-ku terkenal enak dan tidak eneg (kaya iklan aja). Kalau temen-temen SMP-ku dulu biasa memanggil aku RATNO. Sedangkan temen-temen di SMA-ku (pasnya STM) suka memanggil aku dengan sebutan PREMAN (Kisahnya cukup panjang).

Dan kemudian setelah di Jogja Aku dikenal dengan nama yang lebih keren ADHI. Yaach nama itu membuat aku lebih pede dan sampai sekarang nama itu melekat manis di name tag kantorku. Padahal BOS-ku di kantor namanya juga ADI. So Aku agak sedikit berbangga, ternyata dengan nama panggilan itu cukup membawa hoki, karena aku jadi deket dengan BOS-ku di kantor.

Aku dilahirkan kira-kira 28 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 9 September 1979 (kalau di Ijazah dan dokumen resmi lainnya 25 Maret) disebuah kelarga sederhana, kalau nggak mau disebut keluarga miskin. Bapakku sehari-hari bekerja disawah (tadah hujan) yang kalau diitung-itung selalu tekor, kalau dibandingkan antara modal usaha dan hasil yang diperoleh. Disela-sela kesibukan beliau ke sawah, kadang-kadang ikut jadi kuli bangunan kalau kebetulan di tempat kami ada yang sedang membangun rumah (bukan sebagai tukang, tetapi sebagai kenek alias seksi repotnya). Satu nilai yang sampai saat ini masih aku kagumi dari beliau adalah beliau adalah orang yang sangat bersyukur dengan apa yang telah di anugerahkan ALLAH. Sehingga hampir tidak pernah aku melihat rona sedih dan murung diwajahnya, yang ada adalah rona ceria.

Sedangkan IBU-ku yang biasa aku panggil eMak-ku, adalah wanita perkasa yang luar biasa pengorbanannya buat kami anak-anaknya. Disamping kesibukan beliau sebagai ibu rumah tangga, beliau masih menyempatkan mencari SIDE INCOME bagi keluarga kami. Mulai dari jualan gorengan, jenang (bubur), mie goreng, sampai jualan TAHU yang membuat aku bisa menyelesaikan kulihku. Hampir semua adalah hasil dari kerja keras orang tuaku terutama eMak-ku. (Sembah baktiku buatmu Mak…., maafkan anakmu kalau sampai saat ini masih bisa membahagiakan DIRIMU, siraman doa sucimu yang senantiasa kuharapkan. Mudah-mudahan Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa membuatmu bangga dan bahagia)

Masa kecilku kuhabiskan bersama orangtuaku yang kebetulan tinggal di sebuah rumah sederhana (kalau ngga mau disebut GUBUG, karena dindingnya bambu dan lantainya tanah). Kebetulan sekali tempat tinggalku deket sekali dengan masjid, persis didepan rumahku. Sehingga dari kecil aku sudah dibiasakan dengan suasana dan lingkungan yang baik (Terima kasih Ya Allah atas anugerahMU). Masa-masa SD sebagaimana anak2 dilingkunganku, disamping sekolah, aktivitas keseharianku adalah ANGON (menggembala kambing) dan NGARIT (mencari rumput buat makanan kambing). Mainanku adalah “betengan”, “jelungan”, “gobag sodor” (kebetulan listrik baru masuk ke desaku ketika kelas 5 SD). Semua itu aku jalani dengan suka cita.

Kelas 5 SD aku mulai “berpisah” dengan orangtuaku, karena aku jadi duta keluarga untuk menemani kakek-nenekku yang biasa aku panggil simbok dan mbah kakung yang kebetulan masih tinggal di satu desa, hany abeda RT saja. Sehingga praktis sejak saat itu aku tidak tinggal lagi dengan orang tuaku (meskipun biaya keseharianku masih ditanggung oleh orang tuaku). Masa-masa SD, SMP aku jalani dengan begitu banyak liku-liku dan ceritanya, hampir setiap penggalan cerita membawa kenangan tersendiri buatku. Mulai dari prestasi (kebetulan ketika SD aku selalu rangking 1, SMP aku tidak pernah lepas dari 3 besar pararel), aktivitas ekskul yang hampir semuanya aku ikuti, sampai masa puber dimana aku mulai tertarik dengan lawan jenis. Semuanya menjadi lembaran-lembaran kisah yang menghiasi perjalan hidupku.

bersambung…